Industri Panel Surya Lokal Dilibas Produk China









Jakarta - Lagi-lagi produk lokal harus bertekuk lutut dengan produk super murah asal China. Produk panel listrik surya (tenaga matahari) buatan China makin banyak dipakai di dalam negeri karena buatan lokal jauh lebih mahal.

Asosiasi Pabrikan Modul Surya Indonesia (APMSI) berharap pemerintah memberikan insentif bagi industri ini. Agar industri panel surya bisa berkembang dan bisa banyak dipakai di dalam negeri.

"Selama ini masih didominasi oleh impor, mereka menang di harga, produksi, dan kapasitas (listrik) mereka yang besar. Oleh karena itu, kita butuh dukungan pemerintah untuk mendukung penggunaan produk dalam negeri," kata pendiri APMSI Albert Daniel di acara ConBuild 2011 and Renewables 2011 Indonesia di JIExpo, Kemayoran, Jakarta (13/4/2011).

Ia menjelaskan, sejak taun 2006 pengadaan barang impor panel listrik surya masih didominasi oleh produk-produk China. Sementara produk panel surya lokal harus gigit jari karena tak kompetitif. Mahalnya harga produk lokal akibat karena pajak (bea masuk) yang harus ditanggung untuk mengimpor sebagian bahan baku panel surya.

"Walau lokal masih sedikit lebih mahal, tapi kan dananya muter, masuk ke negara juga ketimbang dari barang impor. Kita sejauh ini sudah menghimbau agar pemerintah lebih beralih ke produk dalam negeri. Kami sudah menghimbau kepada Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) serta Kementerian Perindustrian," terangnya.

Dikatakannya pelaku sektor ini meminta penghapusan bea masuk impor bahan baku hingga 0%. Ia yakin jika itu dilakukan, ditambah layanan produk lokal lebih baik seperti jaminan garansi 25 tahun lifetime maka produk lokal bisa bersaing.

"Untuk harga kita masih memang sedikit mahal, kami menjual dengan US$ 2,5-3/Wp mereka menjual dengan kisaran US$ 2-2,3/Wp," jelasnya.

Sejauh ini pasaran yang mereka tawarkan adalah untuk sektor residensial terkait penerangan. Mereka juga berniat menawarkan jaringan listrik berbasis tenaga matahari kepada PLN, namun sampai saat ini belum ada respons.

"Untuk tahun lalu saja, dari 10-15 MW kapasitas listrik yang bisa kami sediakan melalui pengadaan dari kami. Kami hanya bisa menyumbang kontribusi sebesar 4% saja, sisanya masih didominasi impor. PPadahal kita sendiri pun sudah bisa mengisi kebutuhan hingga 30 MW," imbuhnya.

APMSI merupakan asosiasi pembuat pabrikan listrik panel surya yang berdiri sejak tahun 2010. Asosiasi lokal ini terdiri dari lima perusahaan pabrikan sejenis yang keseluruhannya merupakan pabrikan dalam negeri.

"Maka itu, sekali lagi, saya harap pemerintah dapat melirik kami. Pemerintah kan ada proyek untuk daerah tertinggal supaya ditumbuhkan, kami berusaha masuk ke situ jadi supaya industri lokal seperti APMSI dapat tumbuh pula," tegas Albert.
Rabu, 13/04/2011 16:56 WIB

Comments

Popular posts from this blog

BSN TETAPKAN 67 SNI BARU

THE MOSQUE OF TIANJIN - CHINA

LIST OF MANDATORY SNI - 2014