Sambut FTA, BUMN Dorong Penggunaan SNI PadaKementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong segera penggunaan label Standar Nasional Produk China
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong segera penggunaan label Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap produk-produk China yang akan masuk setelah diberlakukannya ASEAN-China Free Trade Agreement (FTA).
Deputi Kementerian BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET) Sahala Lumban Gaol mengatakan, jika tidak diberlakukan segera maka bisa berdampak kepada kinerja perusahaan BUMN.
"Penerapan SNI itu penting untuk menjadi semacam standarisasi produk yang masuk ke Indonesia sekaligus untuk memproteksi konsumer," katanya di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (8/1/2010).
Menurutnya, selain produk yang masuk dari China, SNI tersebut juga harus diberlakukan terhadap produk buatan pabrik milik perusahaan China di dalam negeri. "Perusahaan China yang ada di sini juga harus pakai SNI, supaya ada perdagangan yang fair ," imbuhnya.
Ia mengatakan, salah satu masalah yang akan dihadapi BUMN adalah sangat beragamnya produk China yang akan masuk. Dari satu produk saja, perusahaan China bisa membuat hingga lima tingkatan kualitas.
"Kalau barang China kw 1 diadu dengan kw 1 lokal itu masih bersaing. Tapi kalau dilawan kw 5 kan harganya produk China lebih murah walaupun kualitasnya jauh. Tapi orang kita kan memang suka yang murah-murah," ucapnya.
Ia mengatakan, ada beberapa BUMN yang tidak terkena dampak FTA. Namun yang terkena dampaknya jauh lebih banyak lagi, baik itu dampak positif maupun negatif.
Menurut Sahala, dampak positif yang bisa diambil oleh BUMN salah satunya komponen produksi yang selama ini dibeli dari Eropa atau Amerika Serikat yang pabriknya di China sekarang bisa membeli langsung melalui fasilitas FTA.
"Jadi ada kesempatan untuk bikin final product dengan bahan yang lebih murah jadi produksi lebih efisien. Produk ini bukan hanya untuk domestik tapi juga eskpor," ungkapnya.
Sedangkan dampak negatifnya, diperkirakan banyak produk serupa, contohnya baja, yang bisa kalah bersaing dalam harga meski kualitas jauh lebih bagus.
"Kalau produk baja Krakatau Steel diadu dengan baja perusahaan China yang tidak pakai SNI pasti kalah jauh harganya, padahal kualitasnya pasti menang," tambahnya.
Deputi Kementerian BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi (PISET) Sahala Lumban Gaol mengatakan, jika tidak diberlakukan segera maka bisa berdampak kepada kinerja perusahaan BUMN.
"Penerapan SNI itu penting untuk menjadi semacam standarisasi produk yang masuk ke Indonesia sekaligus untuk memproteksi konsumer," katanya di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (8/1/2010).
Menurutnya, selain produk yang masuk dari China, SNI tersebut juga harus diberlakukan terhadap produk buatan pabrik milik perusahaan China di dalam negeri. "Perusahaan China yang ada di sini juga harus pakai SNI, supaya ada perdagangan yang fair ," imbuhnya.
Ia mengatakan, salah satu masalah yang akan dihadapi BUMN adalah sangat beragamnya produk China yang akan masuk. Dari satu produk saja, perusahaan China bisa membuat hingga lima tingkatan kualitas.
"Kalau barang China kw 1 diadu dengan kw 1 lokal itu masih bersaing. Tapi kalau dilawan kw 5 kan harganya produk China lebih murah walaupun kualitasnya jauh. Tapi orang kita kan memang suka yang murah-murah," ucapnya.
Ia mengatakan, ada beberapa BUMN yang tidak terkena dampak FTA. Namun yang terkena dampaknya jauh lebih banyak lagi, baik itu dampak positif maupun negatif.
Menurut Sahala, dampak positif yang bisa diambil oleh BUMN salah satunya komponen produksi yang selama ini dibeli dari Eropa atau Amerika Serikat yang pabriknya di China sekarang bisa membeli langsung melalui fasilitas FTA.
"Jadi ada kesempatan untuk bikin final product dengan bahan yang lebih murah jadi produksi lebih efisien. Produk ini bukan hanya untuk domestik tapi juga eskpor," ungkapnya.
Sedangkan dampak negatifnya, diperkirakan banyak produk serupa, contohnya baja, yang bisa kalah bersaing dalam harga meski kualitas jauh lebih bagus.
"Kalau produk baja Krakatau Steel diadu dengan baja perusahaan China yang tidak pakai SNI pasti kalah jauh harganya, padahal kualitasnya pasti menang," tambahnya.
Comments