Ekonomi Dunia Bahaya, Ini Antisipasi RI

Upaya ini juga disiapkan untuk mengantisipasi penerapan quantitative easing di AS.
Senin, 5 September 2011, 15:15 WIB
Syahid Latif, Harwanto Bimo Pratomo

Pencari kerja AS meningkat seiring naiknya angka pengangguran (AP Photo/Mark Lennihan)
BERITA TERKAIT
• Bank Dunia: Ekonomi Global Hadapi Bahaya Baru
• Pemerintah Resmikan 18 Proyek Besar
• Alasan RI Belum Masuk Investment Grade
• Hatta: Peringkat Investasi BBB Itu Wajar
• Jepang Tegaskan Rating BBB- untuk Indonesia
VIVAnews - Bank Dunia sudah memperingatkan berbagai negara di dunia untuk mewaspadai kemungkinan munculnya bahaya baru bagi perekonomian global. Tak ingin terkena imbas, pemerintah sudah menyiapkan sedikitnya tiga langkah peringatan untuk mencegah krisis tersebut merembet sampai ke Indonesia.

Upaya pencegahan tersebut juga diambil untuk mengantisipasi 'banjir uang' akibat kemungkinan penerapan kebijakan quantitative easing III yang akan dijalankan pemerintah Amerika Serikat.

"Kami amati perkembangan di Eropa dan Amerika Serikat, terutama di Eropa," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di kantornya, Jakarta, Senin, 5 September 2011.

Menurut Hatta, langkah antisipasi pertama yang harus diwaspadai ialah semakin derasnya aliran modal masuk ke Indonesia. Alasannya, Indonesia akan menjadi sasaran investasi, karena hingga saat ini margin yield yang ditawarkan oleh surat utang Tanah Air tidak ada yang menyaingi.

"Maka kita harus cermat, jangan dana tersebut terlalu nubruk ke pasar uang yang jangka pendek. Bukan berarti tidak boleh, tapi pasar uang harus diperkuat. Saya akan dorong emiten-emiten semakin banyak, dan BUMN harus dipercepat siapkan diri untuk masuk ke pasar modal," paparnya.

Saat ini, sedikitnya ada tiga hingga empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah siap go public dan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia. "Paling tidak mempersiapkan, kami akan akselerasi. Itu penting, kami tidak lagi dengan strategic investor, tapi bagaimana supaya diserap pemain domestik," jelasnya.

Langkah kedua, dia melanjutkan, ialah kemungkinan terjadi tekanan pada mata uang dolar AS dan menguatnya apresiasi terhadap rupiah. Kondisi tersebut di satu sisi, memang akan menguntungkan Indonesia. Namun, di sisi lain, pemerintah harus memperhatikan dampaknya pada para eksportir.

Sejumlah upaya yang telah dicoba untuk dilakukan pemerintah dalam menjaga para eksportir ini ialah dengan memberikan pengurangan pada beban yang tidak seharusnya seperti faktor infrastruktur. "Itu lah perjuangan kita di infrasturktur, listrik, jalan tol, jembatan, jalan, bandar udara, angkutan, dan kereta api," tuturnya.

Langkah antisipatif lain yang harus diwaspadai Indonesia adalah kebijakan quantitative easing yang akan menggerakkan investasi di dalam negeri dengan lebih cepat. (art)
• VIVAnews

Comments

Popular posts from this blog

BSN TETAPKAN 67 SNI BARU

THE MOSQUE OF TIANJIN - CHINA

LIST OF MANDATORY SNI - 2014